Saturday, December 12, 2009

Belajar Dari Ki hajar dewantara

Saat ini dalam kehidupan kampus kita melihat bagaimana sebagian besar mahasiswa kurang antusias dalam setiap kegiatan yang di selenggarakan di kampus baik sebagai panitia maupun menjadi pesertanya. Maka akan timbul pertanyaan bagaimana ya untuk dapat menggerakan mahasiswa-mahasiswa tersebut agar dapat meningkat tingkat partisipasinya.
Kita tidak perlu membolak-balik buku henry fayol tentang manajemen atau para peneliti asing lainnya. Sudah saatnya kita menjunjung tinggi nilai kearifan lokal. Dapat kita lihat apa yang pernah diungkapkan oleh ki hajar dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Yakin nih kita bisa menggerakkan mahasiswa dengan 3 kalimat yang mungkin bagi setiap anak muda jaman sekarang adalah sekumpulan kalimat yang jadul, ketinggalan jaman, kampungan dan lain sebagainya. Ya , kalimat ini akan terasa kampungan apabila kita tidak memaknai setiap kalimat ini dan membiarkannya ter-onggok dengan bahasa daerahnya itu.
Dari pengalaman saya yang masih sedikit ini saya melihat sebenarnya ada tiga tipe yang bisa membuat atau dapat menggerakkan tingkat partisipasi mahasiswa dalam setiap kegiatan kampus dan ini menjadi tanggung jawab para pemimpin mahasiswa.
Pertama, ada tipe mahasiswa yang akan bergerak ketika diberi contoh atau di beri teladan, artinya mahasiswa ini akan bergerak atau ikut berpartisipasi, apabila melihat orang yang ia teladani pun ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan di kampus.
Kedua, ada tipe mahasiswa yang akan berpartisipasi apabila di beri motivasi bahwa setiap kegiatan itu penting, penting bagi dirinya, lingkungannya bahkan penting bagi setiap orang.
Ketiga, ada tipe mahasiswa yang baru akan bergerak ketika dia di dorong-dorong terus atau sedikit di paksa baru dia mau bergerak.

Jika kita mengaitkan dengan apa yang dikatakan oleh ki hajar dewantara yaitu sebagai berikut:
Pertama, ing ngarso sung tulodo. Kalimat ini bermakna berdiri didepan memberikan teladan, hal ini memang sangat diperlukan oleh seorang pemimpin. Dapat dimaknai bahwa sesungguhnya setiap apa yang dilakukan oleh pemimpin itu akan di contoh oleh para pengikutya, dalam hal ini maka pemimpin ketika berada di depan seharusnya memberikan teladan yang baik kepada para pengikutnya bukan memberikan contoh-contoh yang tidak baik.
Kedua, ing madyo mangun karso, artinya berdiri di tengah memberikan motivasi. Dapat dikatakan bahwa pemimpin itu harus dapat memotivasi para pengikutnya untuk melakukan sesuatu dengan ikhlas. Terus memompa semangat orang-orang yang dipimpin nya sehingga tidak kendur dalam berjuang melakukan sesuatu.
Ketiga, tut wuri handayani, memiliki makna berdiri di belakang memberikan dorongan, yaitu dorongan untuk maju agar masyarakat yang dipimpinnya tidak terlena dalam kemapanan semu. Memberikan dorongan untuk terus maju, maju dan maju.
Semuanya merupakan makna sederhana yang saya ambil dari ketiga kalimat sakti ini,dan hal ini pula lah yang saya pikir dapat menjadi sebuah alat untuk menggerakkan kembali pergerkan mahasiswa, serta ketika saya coba lihat dan mengklasifikasikan keadaan situasi kondisi masyarakat kita,jika 3 kalimat ini bisa di maknai pula oleh para calon pemimpin bangsa maka akan menjadi modal dasar untuk mencapai NUSANTARA JAYA.

No comments: