Saya sebagai mahasiswa terkadang sulit mencari buku atau literatur berbahasa asing apalagi mencari terjemahan dari buku-buku tersebut (maklum saya tdk pandai dalam berbahasa asing) dan kejadian ini saya pikir bukan di alami oleh saya saja, sehingga sedikit banyak itu menghambat dalam mencari atau menambah ilmu pengetahuan.
lalu apakah ini sepenuh nya salah saya dan orang-orang yang terbatas dalam berbahasa asing?? memang salah namun disini pun pemerintah memiliki tanggung jawab. karena salah satu tujuang negara kita itu mencerdaskan kehidupan bangsa. untuk biaya sekolah/kuliah aja megap-megap apalagi harus ikut les bahasa asing.
selain itu pula terlihat fenomena dimana sekarang sekolah-sekolah berlomba-lomba memakai bahasa asing terutama bahasa inggris,, artis-artis atau pejabat-pejabat, bahkan para akademisi berlomba-lomba ketika berbicara di depan media mengutip bahasa-bahasa asing (inggris). itu semua dilakukan dengan alasan bahwa kita menuju era globalisasi dan harus pandai berbahasa asing.
okay saya sepakat kita pun harus pandai dalam berbahasa, tapi saya lebih sepakat kalau bahasa yang dipakai di indonesia ya bahasa indonesia dan bahasa suku-suku yang ada di indonesia jangan dicampur-campur dengan bahasa asing terutama bahasa inggris. saya khawatir orang lebih bangga memakai bahasa inggris dan yang memakai bahasa indonesia dianggap kampungan terus kalau pake bahasa daerah disebut aneh,, kecenderungannya sih kearah situ.
dengan pernyataan saya diatas tadi akan ada yang berpendapat , wah kalo gitu kita bisa tertinggal dong kan literatur dan buku kan banyak yang bahasa asing (inggris). dari sini saya melihat kesalahan atau kekurangan yang di buat pemerintah, seharusnya dalam membuat masyarakat cerdas pemerintah melakukan segala cara (yang halal).
salah satu kebijakan yang bisa digunakan agar kita tetap menghargai bahasa indonesia dan bahasa daerah kita tetapi tidak tertinggal dalam bagian ilmu pengetahuan, yaitu mewajibkan memakai bahasa daerah ketika berada di lingkungan dan berbicara dengan orang-orang yang suku nya sama,, dan mewajibkan berbicara bahasa indonesia ketika berbicara dengan dan berada di lingkungan yang heterogen.. tapi tidak dilarang untuk belajar bahasa asing tapi bahasa asing itu digunakannya jangan di indonesia (namun pengecualian kalo bahasa asing yang digunakan dalam beberapa agama yang ada di indonesia).
kemudian pemerintah pun menyuruh ahli-ahli bahasa untuk menterjemahkan seluruh buku yang berbahasa asing yang beredar di indonesia dan buku-buku berbahasa asing yang menjadi literatur sehingga itu memudahkan masyarakat untuk membaca sebuah buku.
yang kedepannya menjadikan, kita manusia indonesia yang berkualitas dan tidak lupa dengan darimana dia berasal..
"Setiap orang tidak akan pernah puas terhadap berbagai hal, hingga mereka menemukan bagaimana caranya bersyukur"
Saturday, December 12, 2009
Belajar Dari Ki hajar dewantara
Saat ini dalam kehidupan kampus kita melihat bagaimana sebagian besar mahasiswa kurang antusias dalam setiap kegiatan yang di selenggarakan di kampus baik sebagai panitia maupun menjadi pesertanya. Maka akan timbul pertanyaan bagaimana ya untuk dapat menggerakan mahasiswa-mahasiswa tersebut agar dapat meningkat tingkat partisipasinya.
Kita tidak perlu membolak-balik buku henry fayol tentang manajemen atau para peneliti asing lainnya. Sudah saatnya kita menjunjung tinggi nilai kearifan lokal. Dapat kita lihat apa yang pernah diungkapkan oleh ki hajar dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Yakin nih kita bisa menggerakkan mahasiswa dengan 3 kalimat yang mungkin bagi setiap anak muda jaman sekarang adalah sekumpulan kalimat yang jadul, ketinggalan jaman, kampungan dan lain sebagainya. Ya , kalimat ini akan terasa kampungan apabila kita tidak memaknai setiap kalimat ini dan membiarkannya ter-onggok dengan bahasa daerahnya itu.
Dari pengalaman saya yang masih sedikit ini saya melihat sebenarnya ada tiga tipe yang bisa membuat atau dapat menggerakkan tingkat partisipasi mahasiswa dalam setiap kegiatan kampus dan ini menjadi tanggung jawab para pemimpin mahasiswa.
Pertama, ada tipe mahasiswa yang akan bergerak ketika diberi contoh atau di beri teladan, artinya mahasiswa ini akan bergerak atau ikut berpartisipasi, apabila melihat orang yang ia teladani pun ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan di kampus.
Kedua, ada tipe mahasiswa yang akan berpartisipasi apabila di beri motivasi bahwa setiap kegiatan itu penting, penting bagi dirinya, lingkungannya bahkan penting bagi setiap orang.
Ketiga, ada tipe mahasiswa yang baru akan bergerak ketika dia di dorong-dorong terus atau sedikit di paksa baru dia mau bergerak.
Jika kita mengaitkan dengan apa yang dikatakan oleh ki hajar dewantara yaitu sebagai berikut:
Pertama, ing ngarso sung tulodo. Kalimat ini bermakna berdiri didepan memberikan teladan, hal ini memang sangat diperlukan oleh seorang pemimpin. Dapat dimaknai bahwa sesungguhnya setiap apa yang dilakukan oleh pemimpin itu akan di contoh oleh para pengikutya, dalam hal ini maka pemimpin ketika berada di depan seharusnya memberikan teladan yang baik kepada para pengikutnya bukan memberikan contoh-contoh yang tidak baik.
Kedua, ing madyo mangun karso, artinya berdiri di tengah memberikan motivasi. Dapat dikatakan bahwa pemimpin itu harus dapat memotivasi para pengikutnya untuk melakukan sesuatu dengan ikhlas. Terus memompa semangat orang-orang yang dipimpin nya sehingga tidak kendur dalam berjuang melakukan sesuatu.
Ketiga, tut wuri handayani, memiliki makna berdiri di belakang memberikan dorongan, yaitu dorongan untuk maju agar masyarakat yang dipimpinnya tidak terlena dalam kemapanan semu. Memberikan dorongan untuk terus maju, maju dan maju.
Semuanya merupakan makna sederhana yang saya ambil dari ketiga kalimat sakti ini,dan hal ini pula lah yang saya pikir dapat menjadi sebuah alat untuk menggerakkan kembali pergerkan mahasiswa, serta ketika saya coba lihat dan mengklasifikasikan keadaan situasi kondisi masyarakat kita,jika 3 kalimat ini bisa di maknai pula oleh para calon pemimpin bangsa maka akan menjadi modal dasar untuk mencapai NUSANTARA JAYA.
Kita tidak perlu membolak-balik buku henry fayol tentang manajemen atau para peneliti asing lainnya. Sudah saatnya kita menjunjung tinggi nilai kearifan lokal. Dapat kita lihat apa yang pernah diungkapkan oleh ki hajar dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Yakin nih kita bisa menggerakkan mahasiswa dengan 3 kalimat yang mungkin bagi setiap anak muda jaman sekarang adalah sekumpulan kalimat yang jadul, ketinggalan jaman, kampungan dan lain sebagainya. Ya , kalimat ini akan terasa kampungan apabila kita tidak memaknai setiap kalimat ini dan membiarkannya ter-onggok dengan bahasa daerahnya itu.
Dari pengalaman saya yang masih sedikit ini saya melihat sebenarnya ada tiga tipe yang bisa membuat atau dapat menggerakkan tingkat partisipasi mahasiswa dalam setiap kegiatan kampus dan ini menjadi tanggung jawab para pemimpin mahasiswa.
Pertama, ada tipe mahasiswa yang akan bergerak ketika diberi contoh atau di beri teladan, artinya mahasiswa ini akan bergerak atau ikut berpartisipasi, apabila melihat orang yang ia teladani pun ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan di kampus.
Kedua, ada tipe mahasiswa yang akan berpartisipasi apabila di beri motivasi bahwa setiap kegiatan itu penting, penting bagi dirinya, lingkungannya bahkan penting bagi setiap orang.
Ketiga, ada tipe mahasiswa yang baru akan bergerak ketika dia di dorong-dorong terus atau sedikit di paksa baru dia mau bergerak.
Jika kita mengaitkan dengan apa yang dikatakan oleh ki hajar dewantara yaitu sebagai berikut:
Pertama, ing ngarso sung tulodo. Kalimat ini bermakna berdiri didepan memberikan teladan, hal ini memang sangat diperlukan oleh seorang pemimpin. Dapat dimaknai bahwa sesungguhnya setiap apa yang dilakukan oleh pemimpin itu akan di contoh oleh para pengikutya, dalam hal ini maka pemimpin ketika berada di depan seharusnya memberikan teladan yang baik kepada para pengikutnya bukan memberikan contoh-contoh yang tidak baik.
Kedua, ing madyo mangun karso, artinya berdiri di tengah memberikan motivasi. Dapat dikatakan bahwa pemimpin itu harus dapat memotivasi para pengikutnya untuk melakukan sesuatu dengan ikhlas. Terus memompa semangat orang-orang yang dipimpin nya sehingga tidak kendur dalam berjuang melakukan sesuatu.
Ketiga, tut wuri handayani, memiliki makna berdiri di belakang memberikan dorongan, yaitu dorongan untuk maju agar masyarakat yang dipimpinnya tidak terlena dalam kemapanan semu. Memberikan dorongan untuk terus maju, maju dan maju.
Semuanya merupakan makna sederhana yang saya ambil dari ketiga kalimat sakti ini,dan hal ini pula lah yang saya pikir dapat menjadi sebuah alat untuk menggerakkan kembali pergerkan mahasiswa, serta ketika saya coba lihat dan mengklasifikasikan keadaan situasi kondisi masyarakat kita,jika 3 kalimat ini bisa di maknai pula oleh para calon pemimpin bangsa maka akan menjadi modal dasar untuk mencapai NUSANTARA JAYA.
KebijAKan Kampus YanG BArU = HaBiS Di pErAS, suRat DO pun Datang.. Bagikan
Assalamualaikum, salam sejahtera bagi kita semua
apa kabar semuanya?? baik donk..
saya punya sebuah kisah ney.
alkisah di salah satu fakultas di sebuah universitas telah mengalami pembangunan yang cukup baik, dari selasar yang ada ruang guru besarnya, aula yang memakai walpapper, toilet yang makin bersih dan bagus, AC yang udah ada di tiap kelas-kelas. hebat ya.
menurut seorang nara sumber itu berasal dari mahasiswa yang masuk lewat Seleksi mandiri(saya singkat jadi SM), itulah ternyata salah satu alasanny kenapa jumlah mahasiswa baru di fakultas tersebut mencapai seribu orang, dan proporsi yang masuk lewat SM lebih banyak dibanding lewat Seleksi Nasioanal(SN). makin banyak uang makin bisa membangun, katanya.
dapat dikatakan bahwa mahasiswa SM itu untuk menambah pendapatan kampus.
Mahasiswa baru SM = Sapi Perah.
selanjutnya akan dibuat kebijakan reaksioner yang melihat ada dua jurusan yang mayoritas index prestasi (IP) mahasiswanya nasakom dan dukom,mw tau kebijakannya??
jadi gini ntar kalo semester 2 ipk nya masih dibawah 2 maka mahasiswa tersebut akan dapat surat pemberitahuan kepada orangtuanya, nah kalo semester 4 masih juga di bawah 2 ya dapet surat ancaman DO atau bahkan Surat DO langsung ini berlaku untuk mahasiswa SM maupun SN.
dengan kata lain mari kita buang mahasiswa yang tidak berprestasi.
mmh kalo dipikir kurang adil juga, seharusnya kebijakan ini berlaku buat mahasiswa SN saja, karena mereka lebih banyak di subsidi jadi sangat keterlaluan udah di subsidi tapi ga berprestasi, nah kalo buat mahasiswa SM mah seharusnya ga berlaku kebijakan di atas, karena mereka sudah bayar mahal untuk kuliah di kampus ini. karena kalo mahasiswa SM kan mensubsidi dan bukan di subsidi, jadi sudah menjadi resiko pihak kampus kalau sebagian besar mahasiswa SM kurang berprestasi. jadi jangan menyalahkan mahasiswanya kalau tidak bisa mengejar kuliah yg di berikan. dan jangan sampai mahasiswa SM ini benar-benar menjadi Sapi perah walaupun sebenarya sudah menjadi sapi perah.
ibarat kata Mahasiswa SM tuh suruh bayar mahal kalo ga berprestasi di DO,. jadi bener seperti sapi perahan, eh bukan bahkan kalo dibandingkan lebih baik sapi perahan karena kali sapi perahan setelah di perah dirawat lagi biar mjenghasilkan susu lagi. tapi kalo Mahasiswa SM sudah di peras di buang jauh kalo kebijakan tadi di gunakan, bayangkan lebih ga penting dari sapi perah dong mahasiswa SM yang IP nya di bawah 2.. wuih parah..
ada pendapat lain ga???
apa kabar semuanya?? baik donk..
saya punya sebuah kisah ney.
alkisah di salah satu fakultas di sebuah universitas telah mengalami pembangunan yang cukup baik, dari selasar yang ada ruang guru besarnya, aula yang memakai walpapper, toilet yang makin bersih dan bagus, AC yang udah ada di tiap kelas-kelas. hebat ya.
menurut seorang nara sumber itu berasal dari mahasiswa yang masuk lewat Seleksi mandiri(saya singkat jadi SM), itulah ternyata salah satu alasanny kenapa jumlah mahasiswa baru di fakultas tersebut mencapai seribu orang, dan proporsi yang masuk lewat SM lebih banyak dibanding lewat Seleksi Nasioanal(SN). makin banyak uang makin bisa membangun, katanya.
dapat dikatakan bahwa mahasiswa SM itu untuk menambah pendapatan kampus.
Mahasiswa baru SM = Sapi Perah.
selanjutnya akan dibuat kebijakan reaksioner yang melihat ada dua jurusan yang mayoritas index prestasi (IP) mahasiswanya nasakom dan dukom,mw tau kebijakannya??
jadi gini ntar kalo semester 2 ipk nya masih dibawah 2 maka mahasiswa tersebut akan dapat surat pemberitahuan kepada orangtuanya, nah kalo semester 4 masih juga di bawah 2 ya dapet surat ancaman DO atau bahkan Surat DO langsung ini berlaku untuk mahasiswa SM maupun SN.
dengan kata lain mari kita buang mahasiswa yang tidak berprestasi.
mmh kalo dipikir kurang adil juga, seharusnya kebijakan ini berlaku buat mahasiswa SN saja, karena mereka lebih banyak di subsidi jadi sangat keterlaluan udah di subsidi tapi ga berprestasi, nah kalo buat mahasiswa SM mah seharusnya ga berlaku kebijakan di atas, karena mereka sudah bayar mahal untuk kuliah di kampus ini. karena kalo mahasiswa SM kan mensubsidi dan bukan di subsidi, jadi sudah menjadi resiko pihak kampus kalau sebagian besar mahasiswa SM kurang berprestasi. jadi jangan menyalahkan mahasiswanya kalau tidak bisa mengejar kuliah yg di berikan. dan jangan sampai mahasiswa SM ini benar-benar menjadi Sapi perah walaupun sebenarya sudah menjadi sapi perah.
ibarat kata Mahasiswa SM tuh suruh bayar mahal kalo ga berprestasi di DO,. jadi bener seperti sapi perahan, eh bukan bahkan kalo dibandingkan lebih baik sapi perahan karena kali sapi perahan setelah di perah dirawat lagi biar mjenghasilkan susu lagi. tapi kalo Mahasiswa SM sudah di peras di buang jauh kalo kebijakan tadi di gunakan, bayangkan lebih ga penting dari sapi perah dong mahasiswa SM yang IP nya di bawah 2.. wuih parah..
ada pendapat lain ga???
Subscribe to:
Posts (Atom)