Menyoal memilih kepala daerah melalui pemilihan langsung atau musyawarah oleh DPRD, hari ini menjadi pembicaraan yang kembali menghangat. maka dari itu ada beberapa yang menjadi pemikiran, sebagai berikut:
Jika para pancasilais itu benar-benar pancasilais sejati sudah barang tentu dia akan memilih opsi pemilihan kepala daerah melalui musyawarah oleh DPRD dan Presiden Indonesia melalui musyawarah yang dilakukan oleh MPR. mengapa demikian?
Karena demokrasi Indonesia yang berdasarkan pancasila itu bukan demokrasi liberal melalui pemilihan langsung ini hanya plek-plekan dari NGO-NGO asing, namun demokrasi berdasarkan musyawarah mufakat itulah demokrasi Indonesia yang sebenarnya, yang sari-sarinya diambil dari adat istiadat masyarakat Indonesia dan juga nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam masyarakat Islam melalui musyawarahnya dalam menyelesaikan berbagai persoalan-persoalan.
ya, itulah demokrasi pancasila yang berdasarkan sila keempat " Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN.
seperti inilah demokrasi yang para Founding Fathers ajarkan, hal ini pula yang menjadi alasan kenapa pada pemilu 1955 yang dianggap pemilu paling jujur dan liberal tetap memilih Presiden melalui musyawarah yang dilakukan oleh MPR, bukan langsung oleh rakyat melainkan melalui Permusyawaratan/Perwakilan.
ada suudzon bahwa apabila anggota MPR/DPRD korup akan menghasilkan pemerintahan yang korup apabila presiden dan wapres dipilih oleh mereka, lalu apakah dengan dipilih langsung oleh rakyat pemerintahan yang korup hilang?
jangan sampai kita menghilangkan falsafah dasar negara hanya karena berpraktek politik yang kurang tepat, kalau mau baik maka harus dimulai dari memperbaiki diri sendiri, memilih orang-orang yang mewakili kita di DPR maupun DPRD dengan memilih orang-orang yang baik, dapat juga memilih berdasarkan kedekatan platform dan arah kebijakan partai ataupun siapa-siapa yang sesuai dengan preferensi kita masing-masing
"Setiap orang tidak akan pernah puas terhadap berbagai hal, hingga mereka menemukan bagaimana caranya bersyukur"
Tuesday, September 9, 2014
Pendidikan Formalitas yang Mengkerdilkan
Sedikit mengutip Anies Baswedan, IPK yang tinggi akan membawa kamu lolos seleksi administrasi dalam mencari pekerjaan, selanjutnya yang akan berperan adalah kemampuan kepemimpinan ditambah pengetahuan yang luas.
Mengutip obrolan anak sma sewaktu saya masih SMP, mereka berujar untuk apa sekolah?, karena pada saat ini sebagian besar manusia melakukannya hanya untuk formalitas saja, hanya sedikit yang mencari ilmu untuk menambah pengetahuannya.
berkaitan dengan hal tersebut, kita sebagai manusia telah dikerdilkan, dikungkung oleh sekat-sekat formalitas, sehingga pendidikan yang dikejar adalah angka-angka penilaian yang pada ujungnya untuk meningkatkan strata, kelas dan berakhir pada pendapatan yang besar. lalu setiap manusia diarahkan untuk ahli dalam satu bidang, lagi-lagi tersekat oleh nilai-nilai formalitas.
apakah kemampuan akal kita hanya mampu mendalami satu bidang ilmu?
apakah kita akan membiarkan pendapat orang membatasi potensi besar akal yang dapat mamahami segala sesuatu dengan sekat-sekat formalitas tentang keahlian?
apakah ilmu pengetahuan pada akhirnya hanya kita gunakan untuk mendapat pekerjaan yang dianggap layak dan peningkatan status sosial saja?
apakah ilmu pengetahuan kita gunakan untuk menindas manusia lainnya yang dianggap pendidikannya lebih rendah?
apakah ilmu pengetahuan ini digunakan untuk membuat kerusakan dimuka bumi?
apakah ilmu pengetahuan kita gunakan untuk melunturkan keimanan dan menggugat serta menafikan keberadaan Tuhan?
Apakah seperti itu tujuan menambah pengetahuan dan memperluas wawasan?
Mengutip obrolan anak sma sewaktu saya masih SMP, mereka berujar untuk apa sekolah?, karena pada saat ini sebagian besar manusia melakukannya hanya untuk formalitas saja, hanya sedikit yang mencari ilmu untuk menambah pengetahuannya.
berkaitan dengan hal tersebut, kita sebagai manusia telah dikerdilkan, dikungkung oleh sekat-sekat formalitas, sehingga pendidikan yang dikejar adalah angka-angka penilaian yang pada ujungnya untuk meningkatkan strata, kelas dan berakhir pada pendapatan yang besar. lalu setiap manusia diarahkan untuk ahli dalam satu bidang, lagi-lagi tersekat oleh nilai-nilai formalitas.
apakah kemampuan akal kita hanya mampu mendalami satu bidang ilmu?
apakah kita akan membiarkan pendapat orang membatasi potensi besar akal yang dapat mamahami segala sesuatu dengan sekat-sekat formalitas tentang keahlian?
apakah ilmu pengetahuan pada akhirnya hanya kita gunakan untuk mendapat pekerjaan yang dianggap layak dan peningkatan status sosial saja?
apakah ilmu pengetahuan kita gunakan untuk menindas manusia lainnya yang dianggap pendidikannya lebih rendah?
apakah ilmu pengetahuan ini digunakan untuk membuat kerusakan dimuka bumi?
apakah ilmu pengetahuan kita gunakan untuk melunturkan keimanan dan menggugat serta menafikan keberadaan Tuhan?
Apakah seperti itu tujuan menambah pengetahuan dan memperluas wawasan?
3 Golongan Manusia
Allah tidak memperhitungkan manusia berdasarkan suku bangsa, warna kulit, kekayaan maupun kekuasaan, yang diperhitungkan adalah derajat ketaqwaannya. namun demikian ada 3 golongan manusia, yaitu:
1. Golongan Muslim yaitu orang yang berpasrah diri menjalankan seluruh perintah dan larangan ALLAH SWT sesuai dengan yang dijelaskan dalam kitab suci.
2. Golongan Munafik yaitu orang yang menerima sebagian perintah dan larangan ALLAH SWT, dan menolak sebagian lainnya.
3. Golongan Kafir yaitu orang yang menolak tunduk dan berpasrah diri dengan segala perintah dan larangan ALLAH SWT.
Dengan kebersihan hati dan tanpa pembenaran, silahkan renungkan saat ini anda termasuk golongan yang mana?
silahkan berfikir dari 3 golongan diatas, manakah yang paling logis mendapatkan derajat yang paling tinggi?
setiap golongan memiliki konsekuensinya masing-masing
1. Golongan Muslim yaitu orang yang berpasrah diri menjalankan seluruh perintah dan larangan ALLAH SWT sesuai dengan yang dijelaskan dalam kitab suci.
2. Golongan Munafik yaitu orang yang menerima sebagian perintah dan larangan ALLAH SWT, dan menolak sebagian lainnya.
3. Golongan Kafir yaitu orang yang menolak tunduk dan berpasrah diri dengan segala perintah dan larangan ALLAH SWT.
Dengan kebersihan hati dan tanpa pembenaran, silahkan renungkan saat ini anda termasuk golongan yang mana?
silahkan berfikir dari 3 golongan diatas, manakah yang paling logis mendapatkan derajat yang paling tinggi?
setiap golongan memiliki konsekuensinya masing-masing
Subscribe to:
Posts (Atom)